Seperti
apa kenangan hendak berbondong-bondong
Kembali
mengajakku mengeja—berparade membuka lemari ingatan
Tanpa
etika meracau mencipta hujatan yang merindukan keredaan
Tanpa
gerimis hanya deras yang terus mengusik
Memaksa
aorta berpacu lebih kencang, lalu didihan darah telah sampai pada pelabuhan
yang tersumbat
Otakku
berbenah, mencari kenangan tentang sisa romansa atau lanskap matamu
Membopong
semua isinya hingga tersisalah kekosongan
Hingga
larut senja masih kucari dibalik lipatan limfa, mungkin sembunyi diantara
jejalan darah
Nyaring
menginjak dua oktav kumandang suara mencari kenangan
Tapi
darah mengalir dengan indahnya tak peduli kegaduhan yang diperanak suara dua
oktav itu
Kutengok
dibalik kornea, lalu terus melangkah hingga ke balik epitel ibu jari
terbesar—kosong
Kenangan
tak sembunyi dimanapun
Kromosom
pun bungkam, eloknya ia tak bicara tentang kenangan yang berparade di sudut
kota itu
Kubiarkan
ia terus berparade, menari dan tertawa. Lukiskan kebisingan dari hentakan kaki
dan riuh tepukan. Aku, hanya diam dan akan selalu diam
Dibalik
kota yang lain, aku mendengar riuhan kenangan yang masih saja mengajakku
mengeja.
Santai
saja kubiarkan mereka tertawa
Dengungkan
irama-irama baru dari simfoni yang semakin aus
Disudut
kota lain, kuhirup senja yang terus larut, berkawan sepasang gelas kosong
dengan taburan jingga
Lalu
lalang jalan kota hanya jadi lembar usang—tak pernah menarik untuk jadi lanskap
utama
Di
sudut kota dengan laju klakson yang menggema, kubiarkan senja mengerucut.
Jingganya menyusup di sepasang bola mata
Lalu
alaska gelap sempurna, menyisakan butir-butir putih diantara kelam
Sebuah
tawa hadir disana, menjadi pengisi acara pada sebuah parade di sudut kota yang
ku jajaki tanpa kebisingan
Kutengok
parade yang semula mengajakku mengaja, ia masih ricuh dengan simfoni usangnya
Mereka
melupakan harmoni dibalik sebuah nada
Partitur
mereka adalah etika yang lapuk usia
Kenangan
itu kalah! Tak serupa parade yang anggun, menyergap senja di sudut kota
Kenangan
itu caramu menghancurkanku
Kau
masih memaksa kenangan itu berparade, dengan melupakan sebuah tontonan parade
di sudut kotaku yang terlampau indah
Sebuah
parade yang hanya ku temukan pada sepasang mata bola
Haha,
aku iba melihatmu terus memaki-maki kenangan yang lelah...
Pada salah satu senja, 2014