Mengenai Saya

Foto saya
Segala sebab akibat perihal rindu. Selamat membaca! Semoga bermanfaat :) other social media: ig : https://www.instagram.com/sasmitha.arf/ id line :sasmitha06. See you soon!

Kamis, 19 Maret 2020

"Self Healing" di tengah Pandemi


Dua ribu duapuluhku dimulai dengan menyelesaikan penelitian sedangkan teman-teman sudah berangkat ke lokasi praktek kerja lapang. Melanjutkan penelitian sambil gelisah dan penuh pertanyaan kapan aku dan 8 teman lainnya akan diberangkatkan. Masih awal dua ribu duapuluh juga, akhir bulan pertama akhirnya kami dikejutkan dengan kabar keberangkatan yang hanya berjarak satu minggu dengan hari pertama praktek kerja lapang. Semua serba mendadak. Abi terus menekankan untuk tetap tenang tidak gegabah dan berpikiran positif. Sungguh perkara berpikir positif ini adalah hal rumit yang harus kujalani. Hambatan dan rintangan terus berdatangan. Akhirnya dengan semua persiapan yang serba mendadak itu kami berangkat.
Sebulan pertama di tanah rantau semua berjalan sesuai rencana, kegiatan praktek kerja di Rumah Sakit Umum Pusat Jawa Tengah ini teramat menyenangkan. Ada banyak sekali ilmu yang aku dapat, tak terkira. Kami banyak dipertemukan dengan orang-orang baik, diberi kemudahan dalam kesulitan, kesempatan dalam kesempitan, semuanya masih bisa teratasi. Hingga akhirnya, pandemi masuk ke Indonesia. Sebagai rumah sakit rujukan kami sudah terbiasa mendengar pasien suspect ada di sini, kami juga masih bersinggungan dengan pasien, mengunjungi ruangan-ruangan isolasi, tidak ada kekhawatiran dalam bertugas, bukankah sudah menjadi tugas kami belajar menjadi garda terdepan, siap tidak diliburkan saat keadaan genting seperti ini. Semua tempat tutup, kecuali Rumah Sakit.
Tapi rupanya tak semua hal sesuai dengan apa yang kita harapkan. Abi masih selalu mengingatkan untuk berpikiran positif. Keadaan mulai memburuk, angka pasien positif terus meningkat. Satu pasien positif di rumah sakit ini untuk kemudian tiga hari berikutnya satu pasien meninggal karena virus yang mendunia ini. Aku masih mencoba terus menanamkan kata-kata abi di pikiranku. Berusaha tetap tenang, tidak panik, tidak gegabah, berusaha baik-baik saja di situasi yang sama sekali jauh dari kata baik.
“kalau semua hal sesuai dengan yang kita rencanakan, mungkin kita lupa caranya meminta dan memohon kepada-Nya, mbak”
Sekolah diliburkan, kerja dilakukan dari rumah, jalan-jalan sepi, semua hal berubah cepat. Termasuk praktek kami yang harus ditunda sebab terlalu berisiko bagi kami untuk tetap berada di rumah sakit.
Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan apa yang kurasa saat ini, bahkan untuk menuliskan ini aku kesulitan memulainya. Tapi menulis adalah self-healing. Imunitas harus tetap terjaga. Jangan stress, jangan panik!
Senin 16 Maret 2020 menjadi briefing pagi paling menyedihkan selama kami praktek lapang di sana. Dipulangkan atau harus bertahan di sana masih belum bisa dipastikan. Jika memang harus dipulangkan sulit bagi kami untuk menerimanya sebab perjalanan praktek lapang masih panjang, banyak kompetensi yang belum tercapai, sedih harus berpisah lebih cepat dengan orang-orang baik di rumah sakit ini. Pembimbing yang sabar dan tegas, tidak menghakimi jika kami salah, tidak pelit ilmu, dan banyak kebaikan lainnya. Mengikuti himbauan presiden, praktek kami diliburkan 2 minggu dan kami diminta untuk tetap berada di rumah indekost sesuai anjuran #dirumahaja. 
Keputusan akhirnya kami diliburkan dan keputusan buruk yang kami ambil adalah kami pulang ke rumah. Sebuah keputusan yang cukup berani menurutku sebab bertahan 2 minggu di kota terjangkit juga cukup mengerikan. Kami harus menyiapkan stok makanan dan berdiam diri di tempat tinggal sampai pandemi dinyatakan mereda. Pulang ke rumah juga bukan keputusan terbaik. Nyatanya, setelah sampai di rumah kami harus mengisolasi diri dan mengurangi kontak dengan siapapun termasuk itu orang-orang tersayang.
Sampai di rumah aku mandi dan mencuci semua barang yang kubawa dan kupakai.  Tidak ada salam-salaman, ciuman, pelukan, tak ada semua. Aku terus menjaga jarak dengan orang-orang di rumah. Pulang ke rumah kali ini sungguh menyedihkan. Tapi di rumah aku bisa mendapat makanan sehat yang lebih baik, mendapat asupan sayur dan buah lebih mudah, melihat kedua orang tuaku lebih dekat, walaupun kami harus berjarak entah sampai kapan.
Kami juga belum tahu bisakah kami kembali ke kota rantau sesuai waktu yang ditentukan. Bagaimana selanjutnya kegiatan praktek lapang kami. Kegelisahan terus menyelimuti. Bangun dengan rasa cemas, menunggu kabar baik, dan semua kemungkinan yang harus kami hadapi kedepannya. Semoga pandemi ini memberi pelajaran bagi kita semua. Terus cari sisi positifnya, selalu ada! Bukankah Allah tidak akan memberikan cobaan pada suatu kaum melebihi kemampuan kaumnya? Jadi, tetap semangat. Bahu membahu, gotong royong! Yuk rajin cuci tangan, makan makanan bergizi, dan olahraga. Semoga pandemi segera berakhir dan bumi kembali sehat. Barangkali pandemi ini adalah peringatan bagi kita supaya lebih mawas diri.