Mengenai Saya

Foto saya
Segala sebab akibat perihal rindu. Selamat membaca! Semoga bermanfaat :) other social media: ig : https://www.instagram.com/sasmitha.arf/ id line :sasmitha06. See you soon!

Selasa, 06 September 2016

"Mengapa Politeknik Negeri Jember?" Tanya Mereka, Ay.

Hasil gambar untuk lukisan abstrak rindu
sumber : www.ibcworldnews.com





Selamat Malam, Ayana! Hari ini adalah hari keduaku kuliah. Di jadwal, mata kuliah yang harus ku tempuh adalah psikologi. Kemarin aku menempuh mata kuliah Ilmu Komunikasi. Besok aku mulai menempuh segala hal yang berkaitan dengan gizi. Mulai dari ilmu gizi dasar, sosio antropologi gizi, anatomi dan patologi, sampai ilmu kesehatan masyarakat. Sejak aku mulai kuliah banyak yang bertanya "Mengapa memilih polije (politeknik negeri jember)?". Aku ingin menjelaskan banyak hal kepada mereka yang menanyakan hal serupa, Ayana. Tapi mungkin mereka tidak akan paham ataupun sedikit mengerti. Bahwa sebenarnya kampus ini juga tidak pernah terbayangkan dalam benakku, terbesit saja tidak. Maka kuceritakan padamu saja.

Saat awal masuk kelas 12, aku dan teman-temanku mulai disibukkan dengan berbagai macam pilihan kuliah mulai dari universitas dan akademi, tapi bukan politeknik. Aku sama sekali tidak mengenal politeknik. Berbulan-bulan aku bimbang dan selalu berganti pilihan. Sampai menjelang pendaftaran SNMPTN pilihanku masih belum terpaku. Sholat istikharoh terus kulakukan supaya aku tak salah langkah dalam mengambil keputusan. Kemudian Ayana, tiba suatu ketika aku ingin menjadi seorang Ahli Gizi. Mendekati pendaftaran snmptn, keinginan itu makin kuat Ayana. Kita percepat ya ceritanya. Karena aku tidak lolos snmptn Ay, jadi aku harus daftar sbmptn dong. Dan pilihanku masih tetap Ayana, di kampus impianku Universitas Airlangga. Setelah tes sbmptn, aku diajak oleh beberapa teman untuk mengikuti tes UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri) semacam sbm untuk politeknik. Nah, aku mulai mencari berbagai informasi mengenai politeknik. Dan gizi klinik lah salah satu prodi yang sesuai dengan apa yang aku cita-citakan, Ay. 

Diluar dugaan, tes yang aku jalani setengah hati ini bisa membawaku lolos dan diterima di prodi impianku. Nah, ketika pengumuman sbmptn dan aku dinyatakan lolos di prodi Budidaya Perairan Universitas Airlangga, aku dihadapkan pada sebuah kebimbangan (lagi) Ay.Aku diterima di kampus impian tapi bukan jurusan impian, juga di jurusan impian tapi bukan kampus impian. Menyedihkan lebih tepatnya membingungkan. Lagi-lagi aku takut salah langkah Ay. Maka tidak ada pilihan lain kecuali memohon petunjuk-Nya. Setiap hari aku selalu memohon petunjuk-Nya dan mencari informasi tentang dua kampus ini, Ay. Menjelang hari terakhir registrasi ulang sbmptn aku seperti diberi jalan dan petunjuk. Petunjuk berupa apa? Coba tebak! Petunjuknya adalah aku tidak bisa melakukan daftar ulang sbmptn, hanya karena aku tidak bisa menemukan lamannya. Aneh memang, tapi nyatanya memang begitu Ay. Maka tidak ada pilihan lain, aku harus menjalani kuliah di Politeknik Negeri Jember dengan jurusan impianku. Rasanya terlalu panjang jika harus kujelaskan ini kepada mereka semua, Ay. Banyak  yang menyayangkan keputusanku karena melepas kampus impianku(Unair) disaat ribuan orang ingin masuk ke sana, aku malah melepasnya. Mereka harus tahu, Ay. Aku tidak melepaskannya begitu saja, Ay. Aku melepasnya setelah melewati perdebatan panjang dengan hatiku, dengan Tuhanku. 

Sekarang inilah yang harus aku tempuh, Ay. Berjuang bersama rindu-rindu yang beku. Di sini, di tempat yang sama sekali tak pernah ku impikan. Tapi takdir Allah memang selalu baik, Ay. Kita hanya perlu berjuang dan bersabar, begitu kiranya pesan abiku. Kau tahu tidak, Ay? Bahwa sesungguhnya berjuang bersama rindu itu menenangkan. Mengapa demikian? Sebab bagiku segala hal yang menenangkan itu belum tentu rindu, tapi segala hal tentang rindu sudah pasti menenangkan. Di sini segala hal harus kulakukan sendiri, Ayana. Tidak ada orang tua juga tidak ada dia, dia yang menciptakan rindu-rindu ini. Sebulan yang lalu sebelum kami berpisah untuk nantinya bertemu dengan lebih bahagia, ia tanamkan rindu di sini. Aku rajin merawat rindu itu hingga tumbuh lebat. Sesekali kupangkas dengan doa supaya tetap indah. Pohon rindu ini menjadi tempat rindang dan sekali lagi menenangkan. Aku sendirian di sini, bergelantungan bersama rindu itu Ay. Setiap hari. Tapi rupanya rindu yang ia tanamkan itu mengajarkanku untuk tetap kuat meski aku sedang jatuh. Bahkan ketika rasanya tidak ada lagi kekuatan untuk bangkit, pohon rindu itu berbuah kekuatan yang kemudian membuat aku berdiri lagi. Sebab rupanya ia ingin ketika kami bertemu lagi nanti aku berada dalam posisi terkuatku. Ia tanamkan rindunya di sini supaya nantinya aku tetap tegak, berdiri, tersenyum, menopang segala hal yang menjatuhkanku. Dia hebat, Ay. Telah dia siapkan semuanya, bahkan meskipun dia tak di sini rindunya ia tanamkan supaya tetap dekat. 

Begitulah Ayana kisah rinduku malam ini. Sampai bertemu di kisah rindu yang lain. Semoga kau tidak bosan. Selamat merindu, Ayana!