setapak memberi arah pulang,
bentangan di kejauhan seperti sisa evolusi peradaban
kelam, hidup kekosongan makna pada
jeruji di titik kenang yang hampa
sekeranjang hujan menjadikanku
hilang di kesunyian
masih pada hening yang sama
aku pulang meninggalkan jejak
tak satupun harap tersirat menerpa
aorta
sunyi masih tak berubah
ketika pintu bernafaskan doa dan
jendela-jendela kerinduan menyapa sendu yang merayu
seperti masa yang tak berani
beranjak , cinta tak membebaskan
dunia masih sama
saat aku menerjang kepiluan di sisa
senja dan gagak hitam menari di atas kepala
ambisi berlarian menjelma senyap
pada bahagia yang tak sebentar
hidup mulai malas bercerita,
mengenang rantai kehidupan yang pelak tak berujung
aku, berdiri pada satu kemalasan
bersuara
dunia yang kehilangan mata
merindukan arti sebuah perjalanan
aku lupa cara beranjak dari
kehidupan tuli oleh kegelisahan
sengaja kulupakan agar tak pernah
ada ingatan pada setapak jalan kesunyian
rindu lumpuhkanku pada metamorfosa
keberadaan seorang lain
rima yang akhir, kubiarkan rindu
memasungku padamu-
sehingga kelak puisi melupakan
rimanya
rinduilah puisimu.