Mengenai Saya

Foto saya
Segala sebab akibat perihal rindu. Selamat membaca! Semoga bermanfaat :) other social media: ig : https://www.instagram.com/sasmitha.arf/ id line :sasmitha06. See you soon!

Minggu, 29 Juni 2014

Berhentilah "Cuklek" Berkepanjangan

Cuklek, satu kata bahasa jawa yang berarti patah. Dewasa ini saya sering mendengarnya, merujuk pada hati yang patah karena suatu hal. Menurut pemahaman saya cuklek jauh lebih parah dari sekedar pecah berkeping-keping. Banyak sekali, teman wanita yang berkisah kepada saya mengenai cukleknya hati dengan faktor yang berbeda, hingga pada akhirnya saya tahu bagaimana cuklek yang mereka rasakan (Jangan kira saya sedang curhat ya gaes). Sakit? Sudah jelas. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Menangisinya berlarut-larut? Sekedar membuat lega tapi tidak akan menyembuhkan hati yang luka. Cuklek berkepanjangan juga tidak baik gaes. La tahzan, Innallaha Ma’ana. Jangan bersedih karena sesungguhnya Allah bersama kita.

Salah satu kisah cuklek yang hadir di depan mata saya adalah ketika air mata sepupu saya (si A) mengalir dengan mudahnya beriringan dengan hati yang cuklek sebab lelakinya sudah dengan jelas bermain cinta dengan wanita lain. Tapi itu tidak berlangsung lama, karna si paijo sebut saja begitu, laki-laki yang sudah menyakiti hati sepupu saya itu berhasil meyakinkan wanitanya kembali setelah melalui perdebatan panjang yang secara tidak sengaja saya saksikan. Itu pertengkaran pertama yang membuat saya membenci lelaki. Setelah itu hubungan mereka kembali biasa saja, tertawa dan bercanda. Hingga pada kali ketiga sepupu saya masih saja tetap bertahan, selama setahun itu juga saya menyaksikan bagaimana air mata mengalir dengan percuma bagai sungai yang tak menemukan telaga. Saat itu saya masih 14 tahun, dan tak pernah paham dengan apa yang mereka bicarakan.

Kisah cuklek lain adalah ketika sepupu saya (si B) yang hubungannya putus-nyambung-putus-nyambung tak berujung tapi masih bertahan sampai sekarang. Saya selalu saja siap jadi pundak saat air mata mereka tumpah ruah. Saya hanya bisa bilang, ya sabarlah kisah cuklekmu itu juga mampu membuatmu lebih bahagia kelak. Saat itu saya belum pernah merasakan bagaimana cuklek yang mereka rasakan. Ya, hingga pada akhirnya saya tahu seberapa sakit hati yang cuklek dan mudahnya mengalirkan air mata untuk seseorang yang sebenarnya sia-sia dilakukan. Saya juga tahu apa alasan mereka bertahan meski luka yang mendera tak kunjung sirna, satu hal saja karena pergi dan melupakan juga serasa mematikan.

Cuklek saya, adalah ketika tahu seseorang yang saya pertahankan pergi dengan pesan yang mematikan “saya tidak lagi mencinta” itu kalimatnya, kalau pendengaran saya sedang baik-baik saja. Ketika saya tanya alasannya kenapa dulu mencinta, seseorang itu mengatakan hal yang lagi-lagi mematikan “Iseng saja” saya hanya bisa ber-oh panjang sembari mendengar retakan-retakan hati yang kemudian pecah. Saya hanya tidak memahami bagaimana bisa semua kenyamanan yang seseorang itu berikan hanyalah sandiwara belaka. Saya serasa sedang bermain sinetron dan dia jadi pemain utamanya. Sampai saat ini saya masih tidak bisa percaya, yakin saja dibalik “saya tidak lagi mencinta” tersimpan rahasia besar yang entah kapan akan terungkap. Saya juga yakin kata “Iseng saja” adalah kebohongan sebenarnya yang dia lakukan. Jadi intinya, dia sedang membohongi hatinya dengan mencipta statement bahwa dia sedang mematahkan kenyamanan diantara kita. Dilema awalnya, antara dia yang terlalu jahat atau saya yang terlalu buta. Tapi gaes, sekali lagi saya tekankan senyumin aja si kenangan. Iya, kenangan bakalan jadi satu hal yang mau tidak mau akan hidup bersama kita. Iya kan gaes?

Gaes, 3 kisah cuklek diatas hanya sebagian kecil saja dari rupa-rupa kisah yang saya dengar, lihat dan rasakan. Dan dari semua kerapuhan itu, wanita selalu punya cara untuk tetap bangkit. Kalau kalian wanita yang tegar, berhentilah menjalani cuklek yang berkepanjangan gaes. Cuklek-bangkit-hidup kedepan jauh lebih nikmat rasanya daripada hanya sekedar bangkit-cuklek-menangis seharian. Bersemangatlah gaes, karena apa yang kita rasakan nanti akan lebih merapuhkan, kecuali jika kita masih punya pegangan-Allah, yang selalu menguatkan hati. Mengutip kalimat dari ustad Felix Siauw-seorang mu'allaf yang sekarang menjadi pendakwah : Bencilah seadanya dan cintailah seadanya, manusia bisa dan cepat berubah | dan saat itu terjadi jangan sampai kita yg sakit hati, rugi. Ya gaes, jangan sampai kita rugi.


Semua masa lalu kita memberikan kita pelajaran berharga yang tak didapat di sekolah. Banyak yang lebih berguna dari apa yang mereka sebut cinta masa muda. Kita masih bisa berjaya gaes, dengan prestasi yang kita punya. Biarlah semua luka jadi cerita yang memenuhi warna-warni kehidupan kita. Karena sesungguhnya hidup itu bukan sekedar tentang bahagia. La tahzan gaes, semua yang pergi dan menyakiti, cepat atau lambat akan terganti. 

Tentang Pacar Saya

Saya lagi ga pingin nge post puisi. Jadi kali ini satu postingan yang kayaknya juga ga penting, bakalan banyak kalian temuin nama senja disini. Senja itu siapa sih? Senja itu apa? Senja itu gimana? Saya hanya punya satu kata tentang senja : Indah, setia dan kenangan. Eh itu tiga kata ya? Ya pokoknya begitulah. Kita kupas satu-satu ya..

Indah, iya saya jatuh cinta pada senja karena keindahannya. Langit memerah saga dibalut angin sepoi mempesona dipadu buaian ilalang juga kepak burung yang pulang ke sangkar, ditambah lagi riuh ayam kembali ke peraduan. Pacaran saya dengan senja tiap fasenya berbeda, saat masih TK cara saya bercumbu dengan senja adalah dengan duduk di teras rumah dan membaca majalah kesayangan anak-anak “Bobo”. Gara-gara sering baca majalah itu saya terobsesi untuk merawat kelinci, meski pada akhirnya hanya bisa merawat ayam. Sejak jadi anak SD pacaran saya dengan senja selalu berganti tiap harinya, kadang dengan bersepeda bersama senja, bermain tanah, mengecap gulali, menikmati es krim, senja paling terkenang saat SD adalah... Em... senja yang paling mengesankan saat SD adalah, saat senja dihabiskan dengan mencuri mangga di rumah tetangga. Eh bukan, bukan itu yang saya maksud senja yang paling berkesan saat saya masih SD ialah... Ah, sudahlah saya lupa dengan masa merah putih itu. Selama SMP senja yang saya lewati beriringan dengan perjalanan pulang kerumah. Setiap harinya pulang diatas pukul empat sore membuat saya harus bercumbu dengan senja dalam perjalanan. Dan senja tetap saja menawan dalam pesonanya. Masuk SMA saya melewati senja dengan berbagai hal yang tak bisa dilupa. Mengejar senja, jadi aktivitas rutin saya ditengah kesibukan yang mendera (meskipun kenyataannya saya ga punya kesibukan). Jadi orang aneh ketika duduk di taman kota dengan memejamkan mata menikmati indahnya senja juga pernah. Menyeret perhatian pengguna jalan dengan mematung dibius senja yang memerah saga di depan rumah juga jadi cerita saya. Iya, senja membuat saya jatuh cinta. Pesonanya, menjadikan saya sebagai manusia diluar kebiasaan.

Setia, senja tidak pernah pergi. Ia hadir di sore yang tepat waktunya. Kadang awan dan hujan merebut jingganya tapi senja bagi saya tetap mempesona dalam keadaan seburuk apapun. Namanya juga jatuh cinta, bagus jeleknya tetap saja membuat saya mematung dan membisu. Iya senja setia, tak banyak janji dan tak pernah pergi. Senja itu pendiam yang sarat makna. Bercerita dengan senja adalah satu hal yang kebanyakan orang menyebutnya gila tapi bagi saya adalah kebahagiaan. Senja oh senja, kesetiaanmu kujadikan panutan.

Kenangan, melewati tahun-tahun bersama senja menjadikan senja sebagai salah satu kenangan terindah yang saya punya. Keindahan dan kesetiaan senja mencetak kenangan yang terus memenuhi hati dan pikiran saya. Senja adalah lukisan indah ke sekian dari tangan Tuhan. Senja mengajarkan saya banyak hal yang tak lagi bisa disebutkan. Senja, adalah tentang suka dan duka yang mengakar dalam kenangan. Senja adalah tentang tangis dan haru bahagia yang menyulut senyuman. Senja adalah tentang cinta, harapan dan ketenangan.


 Itu 3 foto senja yang gatau dimana dan siapa fotografernya. Meskipun saya sangat cinta pada senja tapi tak pernah menyimpan fotonya. Saya hanya suka mengabadikan senja di pelupuk mata saya. Senja indah kan ya? Setiap senja, saya selalu jatuh cinta padanya dengan jingga yang berbeda. Coba deh gaes nikmatin senja dengan segala kelapangan dada, kalau kalian punya masalah luapin ke senja, dia bakalan jadi pendengar setia.


Udah ya, ini puasa kan ya? Ga boleh gosipin senja. Oke gaes, saya beri satu lagi pesona senja yang memukau

Jingganya Senja

Sabtu, 28 Juni 2014

Tentang Cemburu dan Hati Yang Luka (Sok Melankolis)

Cinta, air mata yang kusembunyikan dibalik senyum dan berselimut sujud di malam-malam panjang adalah isyarat pada luka atas cintamu diam-diam yang menyelinap pergi..”. Sebuah kalimat yang saya kutip dari buku CHSI (Catatan Hati Seorang Istri) karangan bunda Asma Nadia. Buku yang sekarang diangkat ke layar kaca atau layar lebar mungkin ya? Ah, pokoknya yang sekarang lagi banyak dibicaraan ibu-ibu dan bapak-bapak itu menjadi buku bacaan saya saat kebingungan untuk masuk SMA. Tidak ada hubungannya memang kegalauan mengenai masuk sekolah baru dengan buku tentang kegalauan para istri itu. Tapi setidaknya buku itu cukup jadi penghibur dan melupakan masalah sejenak (walaupun tidak menyelesaikan) ketika harapan saya untuk menuntut ilmu diluar kota dipupuskan secara tegas oleh Abi. Alhasil terdamparlah saya sekarang di SMA N 1 Lumajang, dan menemukan kebahagiaan baru disana dengan orang-orang ramah yang semuanya baru. Banyak yang berpikir, salah mungkin ya ketika usia 15 tahun baca CHSI harusnya yang dibaca adalah CHSG (Catatan Hati Seorang Gadis) Yaudadeh ntar saya bikin buku judulnya CHSG, kalau bunda asmanadia ga nyolot “Eh yang kreatif dong nak”.

Saya baca buku itu ketika secara tidak sengaja menemukannya di meja belajar, sepupu saya yang sudah
17+ menjadikannya bacaan sehari-hari katanya untuk persiapan menjadi istri yang baik. Selang beberapa bulan kemudian saya tahu alasan si el (nama disamarkan) membeli buku itu hanya untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia, mengenai sinopsis novel. Sayangnya yang dia beli bukan novel. Iseng saja membaca covernya dan saya tertarik. Sehari tuntas membaca buku itu saya jadi tahu bahwa betapa beratnya menjadi seorang istri ketika harus hidup bertopeng tawa sedangkan hatinya luka tiada terkira. Dari buku itu saya tahu bagaimana menjadi wanita yang kuat berpedoman kesetiaan kepada lelaki, juga menjadi wanita yang tabah meski selingkuhan lelaki berganti-ganti. Disitulah saya belajar bahwa sebenarnya apa yang saya rasakan tidak ada bandingannya dengan apa yang akan saya hadapi beberapa tahun menjelang. Membaca buku itu membuat saya sedikit membenci lelaki. Sampai saat itu beberapa kalimat yang mengisahkan kejahatan lelaki saya garis bawahi lalu beri hastag tebal #Lanangcenngunu (Lelaki memang begitu). Tetapi pada akhirnya saya juga menyadari tidak semua lelaki begitu. Bahwa masih ada harapan untuk mendapatkan pendamping yang beriman menyayangi Istri karena Tuhan-Nya. Tidak semua lelaki seperti Bram, suami Hanna yang selingkuh dengan Karin hingga menghamili. Tapi banyak wanita sekuat Hanna yang rela berbagi nafkah dengan selingkuhan Bram karena bayi yang dikandung Karin. Yang baca bukunya atau mengikuti sinetron CHSI pasti tahu dan mendapatkan banyak pelajaran dari situ.


 *Itu pemain-pemain di sinetron CHSI, yang sekarang banyak jadi tontonan wajib bapak-bapak, emak-emak, engkong-engkong, nenek-nenek, cowok-cewek, pokoknya banyak deh yang lihat.

Sebelumnya saya juga membaca Catatan Hati yang Cemburu, setelah berkali-kali membaca dan mengaitkan dengan kehidupan nyata juga kisah-kisah teman wanita yang saya dengar, bahwa memang cemburu itu perlu dan akan hadir di setiap hati wanita. Dari tulisan-tulisan bunda asmanadia saya juga belajar menerima kenyataan bahwa kini saya hidup dalam kenangan juga kecemburuan yang masih mengakar. Bukan sok dewasa, tapi dari membaca itulah semua luka perlahan sirna berganti dengan kelapangan dada bahwa setiap fase kehidupan akan hadir sebuah goresan luka di hati wanita. Seperti Hanna, wanita itu mudah memaafkan tapi tidak akan pernah lupa dengan luka yang diukir lelakinya.


Jadi gaes, yang sedang diliput rasa cemburu, bersyukurlah supaya kau tahu betapa nikmat sakitnya cemburu. Atau cewek-cewek yang lagi ngerasa di php, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta tak sampai, diduakan, dilupakan tanpa alasan dan kawan-kawannya, bersyukurlah pula setidaknya kau telah punya cara mengatasi luka yang akan kau rasakan kelak, beberapa tahun menjelang. Oke gaes, biar terpuruk tetap tersenyum, biar terluka tetaplah bahagia. Lihatlah ibumu tak pernah tersirat sedih di wajahnya meskipun kau ketahui atau tidak dia sedang menyimpan luka yang teramat berat rasanya. Semoga bermanfaat postingan saya yang lagi-lagi ga penting. Ingat ya gaes, senyumin aja si cemburu atau senyumin aja yang lagi selingkuh. Semua luka itu nantinya juga akan memberi bahagia yang luar biasa di masa depan kalian kelak.

Putri Tidur?

Malam ini adalah satu Ramadhan. Ini Ramadhan pertama, Ramadhan pertama yang kulalui tanpa Ayah. Lalu apa maksudnya putri tidur dengan Ramadhan? Jadi ini adalah postingan mengenai gadis yang hobi tidur saat puasa. Ah bukan, sudahlah baca saja.
Aku memang bukan buah hati Ayah, tapi Ayah bilang aku jadi kebanggaannya. Iya, aku keponakan Ayah yang menjadi begitu dekat dan terlampau sayang kepada Ayah. Sejak kecil aku suka sekali digendong Ayah, tidur di pangkuan Ayah, tak jarang aku membuat laki-laki hebat itu jengkel. Ayah memang tak sesabar abi, itulah alasan mengapa aku suka sekali mengganggu Ayah. tapi semenjak Ayah sakit yang tak pernah kuketahui namanya aku jadi jarang mengganggu Ayah. Aku hanya suka mematung di depan pintu kamarnya dan menyaksikan Ayah terbaring menonton bola.

 Beberapa bulan sebelum kepergiannya Ayah sering sekali meninggalkan pesan-pesan tersirat. Ayah bukan pembisu, ia selalu bicara setiap waktu, saat sakitpun Ayah tak pernah kehilangan semangat bicara. Aku ingat, saat masih SD Ayah suka memanggilku Putri Tidur, tapi sejak masuk SMP panggilan itu tak pernah kudengar. Mengenai panggilan itu bukan karena aku suka tidur (meskipun kenyataannya memang iya), dan mendadak jadi suka begadang ketika masuk SMP lalu Ayah tak lagi memanggilku si Putri Tidur, bukan bukan, bukan karena itu.

Kisahnya begini, pada zaman dahulu kala. Ah salah, jadi begini. Sejak kecil aku tergila-gila untuk menjadi seorang pemimpi. Awalnya aku bermimpi untuk jadi penyanyi kecil yang bikin penonton tepuk tangan dari panggung ke panggung. Dan itu terwujud, aku berhasil jadi penyanyi kecil dan nyanyi di panggung pas perpisahan sekolah TK ku, intinya mimpi itu terwujud walaupun ga sempurna sih. Ayah adalah orang yang selalu tertawa dengan mimpi yang kubuat.Itulah alasan mengapa Ayah menjulukiku Putri Tidur, gadis kecil yang tak pernah bangun dari mimpi gilanya. Sejak masuk SMP Ayah tak lagi menggunakan panggilan itu, yang belakangan ini kutahu dari sepupuku bahwa Ayah telah percaya gadis pemimpinya bukanlah putri tidur yang tak pernah bangun dari mimpinya. Ayah tak lagi menertawakan mimpi-mimpi bodohku, bahkan ketika aku bilang ingin pergi ke Paris Ayah hanya tersenyum menahan sakit. Ke Paris, ya satu mimpi yang akan Ayah lihat dari surga nanti. "Tak ada mimpi bodoh nak" Satu kalimat Ayah yang membuatku semakin liar bermimpi. Aku jadi rindu Ayah, sedang apakah gerangan di surga? Eh, emang Ayah udah sampe surga ya? Semoga saja :')

Ya begitulah, jadilah aku Putri Tidur dan mimpi gilanya tentang Paris. Entahlah si Paris ngasih pelet apa, jadi bikin klepek-klepek dan berjuang banting tulang buat bisa ketemu si Paris. Biar gambar-gambar di tembok kamar, di buku-buku, di socmed yang sering aku ciumin sebelum tidur bisa jadi kenyataan gitu. Entah kapan bisa bangun dari tidur panjang dan mimpi tentang Paris. Pingin banget dengan segera teriak ke Ayah lewat langit dan disampaiin angin ke surga "Yah Putri Tidurmu lagi peluk eifel nih" atau "Ayaaah, aku di Paris". Ya, banyak jalan menuju Paris. Un soir du Paris, Satu senja di Paris. Satu hari nanti!

Itu salah satu gambar si Paris yang sering aku ciumin. Keren banget ya senja di Paris. Ah, Paris kamu buat aku jatuh cinta. 

Jumat, 27 Juni 2014

Ketika Hidup Dibelenggu Kenangan

Kali ini bukan puisi lagi yang saya post disini. Ini tak jauh lebih bermakna dari sebuah puisi. Sebenarnya pingin sih nge post puisi lagi. Tapi ya ntar aja deh. Jadi gini, kenapa judul postingan kali ini bisa tertulis semacam itu. Itu bukan karena saya mau curhat mengenai gadis labil yang harus menjalani masa-masa sendiri lagi. Bukan juga saya yang harus masuk fase “moving on” lagi. Yang jelas saya sedang berperang dengan kenangan yang hadir tiap detik di hidup saya. Lelah memang dikejar-kejar kenangan, tapi berusaha melupakan juga jadi seperti mematikan.


Berawal dari sebuah perkenalan singkat, ya sangat singkat bahkan terlalu singkat. Lalu saya hidup dalam rasa nyaman yang luar biasa. Seseorang itu mencipta kenangan yang banyak jumlahnya. Di setiap jalan, di tengah kota, di sekolah, di setapak bahkan mungkin di tiap-tiap batu yang diam kenangan itu tertulis. Ada ketulusan di matanya, ah kalimat itu mungkin terlalu mainstream tapi memang begitu nyatanya. Saya menemukan ketulusan dan ruang disana. Itu satu alasan kenapa saya memilih berlabuh di sebuah pelabuhan panjang. Menambatkan kapal saya disana dan menyelami kesetiaan baru di lautan yang luas. Seseorang itu tidak tampan memang, tapi entahlah sosok itu mampu membuat saya memilih berhenti disitu. Bahkan sampai saat ini ketika dia memutuskan melesat dengan cepat tanpa meninggalkan pesan, saya masih tetap disitu. Bodoh memang, tapi saya telah membuat pilihan. Beberapa bulan lampau ketika saya putuskan untuk menemaninya, berusaha menjadi yang terbaik baginya, menerima kekonyolan yang dia perbuat, sejak saat itulah saya menikmati sebuah dunia dan mimpi yang perlahan nyata.

Ada banyak kebisuan yang dia buat. Saya tetap berusaha menerima kebisuan itu, dia hanya lupa bahwa tak semua diam mampu menjelaskan. Disekililing saya mungkin banyak gadis merasakan hal yang sama. Diajak melayang tinggi lalu dihempaskan ke bumi dengan alasan yang tak pernah tersampaikan. Sudah banyak yang tahu bagaimana saya terlampau bahagia dan tahu bahwa luka itu telah terbalut sempurna. Iya, dia punya pengobat hati yang canggih. Obatnya hebat, tanpa bahan kimia. Tapi setelah saya telusuri obat itu menimbulkan efek samping yang ternyata menciptakan luka dalam yang jauh lebih sakit dari sebelumnya.
Lalu setelah dia pergi dengan rahasia yang tak pernah saya ketahui, hiduplah saya sendiri menjalani setapak yang seolah menuliskan setiap kenangan. Seperti kumpulan mimpi indah menjelma seringai serigala yang meninggalkan jejak, kurang lebih seperti itulah kenangan. Tapi hidup dalam kegelimpangan kenangan tidak membuat saya menjadi kehilangan ingatan, lemah, lesu, lunglai atau sekawanannya. Menerima kenyataan bahwa kenangan kembali menjadi sahabat saya adalah sebuah kenikmatan yang sulit didapat. Bersyukur saja pernah dipertemukan, lalu dengan singkat dibahagiakan. Cukuplah semua jadi kenangan. Let it go yeah let it go! Berteman dengan kenangan membuat saya menjadi semakin mencintai senja yang tak pernah pergi ataupun menghianati. Hidup berselimut kenangan membuat saya semakin memahami bahwa tetap berdiri dan tidak pergi mencari pelabuhan lain adalah satu keputusan yang tak kan menjadi sia-sia. Kawan, senyumin aja si kenangan perlahan dia bakalan jadi kebahagiaan yang harus dikasih ucapan terimakasih.


Ya begitulah postingan ga penting yang berhasil saya tulis. Bukan sekedar dari apa yang saya alami tapi dari kebanyakan gadis yang mengkisahkan satu hal tak jauh berbeda dengan kisah diatas. Cukup senyumin si kenangan ya, hidup itu lanjutin kedepan. Let it go yeah!

Boleh Aku membenci lelaki?

Aku ingin bercumbu dengan malam
Memeluk rembulan berselimut bintang
Ketika sayup kepak rama-rama
Tak kudapati di penghujung senja

Aku ingin bercinta dengan kesunyian
Ketika genderang menerjang ilalang
Tak kunjung diredam oleh kebisingan

Ingin aku menyelami udara
Ketika pengabdian kau jadikan sebuah permainan

Aku benci saat tertinggal
Ketika kenangan jadi detak dalam jam yang kugenggam

Ada ribuan kata yang kau bungkam dalam rasamu
Tak menjelaskan tiap kenangan yang memasungku

Terbang denganmu adalah satu pilihan
Lalu sendiri mengepakkan sayap adalah kenyataan yang kau ciptakan

Boleh aku membenci lelaki?
Ketika sepi membungkam tawa terpenggal
Atau kelak kan kubenci lelaki
Saat kepaknya melesat tanpa pesan
Kebisuanmu membuatku benci kembali pada lelaki
Kesetiaan jadinya kau gadaikan
Untuk sebuah alasan yang kau simpan
Ribuan rahasia kau selami
Membuatku berhasrat membenci
Sekata saja kau sebutkan
Kan mampu buang benci yang mengakar

Masih aku berdiri disini
Berkawan jutaan kenangan yang membanjiri
Lalu langkah yang tak pasti
Pada setapak yang melukai



Senin, 16 Juni 2014

Kisah Tiga Abad..

Tiga abad dibalik jeruji beku
Jauh dari jalan kebebasan
Tertatih di balik rodi dan romusha
Suguhkan teh pada penjajah
Membungkuk-bungkuk, sulap Anyer-Panarukan
Kelaparan, tanpa sebutir hidangan
Habis dirampas prajurit Daendels

Menanam tapi tak menuai
Menimbun bahagia diatas sengsara
Kurus kering dimakan derita
Peluh dan darah manis jadinya
Tiada beda fajar dan petang
Rodi-Romusha tak pelak hengkang

Semua bungkam seribu kata
Lirih saja sebut merdeka
Seketika pecut sambar muka

Sekedar mimpi tidur pendek
Tanpa alas hangatkan badan
Angin malam menyerobot
Bekukan dedaunan
Meringkuk di bawah jurang
Bersimbah darah harapan
Menyibak rerumputan
Terbirit-birit lepaskan ikatan
Jika kau tak cekatan
Siap saja kehilangan nyawa

Tak terhitung lagi sukma melayang
Raganya dilempar seiring tawa
Harga nyawa tak lebih dari sekeping logam
Melenggang dengan mudah

Kisah darah tiga abad
Mengalir bagai secangkir teh
Diteguk bangsa sendiri
Menyimpan luka di malam hari
Siapkan dahaga esok pagi


Cerita veteran lapuk
Bertumpuk, berdebu, berkawan rayap
Dimakan usia
Dipojok lembaran tua
Sedikit mata sudi mengenang
Kisah luka sebelum 45
Menguap pada cerobong asap
Terbakar api kemewahan
Mereka sibuk pada dunianya

Kisah tiga abad kesepian dibuatnya..

Minggu, 15 Juni 2014

DIORAMA KUARSA

Mereka ucap, kami pemilik tanah ini
Diberi kuasa menyulap bumi
Melukis lubang yang tak tumbuh lagi
Sebagai pemuas dahaga kami
Pasca kokok ayam pertama
Terpapah kami menuju ladang rakyat jelata
Mereka bersajak,
Kami punya pasir kuarsa, tiap butirnya ialah dahaga
Bergegaslah kami menyongsong harta karun
Sebutir berselang terlempar ke punggung kotak nun anggun
Batu berlian dipikul oleh badan-badan tambun
Bertahun kami menggali
Hingga jauh kedalam bumi
Sampai habis urat dan nadi
Digali lagi tanpa peduli
Sudah banyak keturunan kami mengabdi
Pada air pecah beriak
Atau pada batu dipinang tak mengelak
Juga pasir, jadikan tumpuan hidup kami
Tiap butirnya mengalir darah segar
Mewangi baunya disiram peluh menggelegar
Bila surya hendak melepas kimononya
Berpulanglah kami menyapa anak istri
Membuka sisi jendela abadi
Rehat pula kawan abdi kami
Mengosongkan butir hitam yang penuhi tubuh renta bekas menggali
Dipangkuan separuh purnama
Bercengkrama kami memandang rama-rama
Secawan kabar hadir tiba-tiba
Menyayat nadi yang meronta
Semua peluh kami disulap jadi keping rupiah
Pasir kuarsa telah melintas samudera
Ubahnya harta jadi berlimpah
Hanya percik saja mereka lemparkan
Segepok miliar jadi penebal kantong bangsawan
Ya, kami punya pasir kuarsa
Habis dahaga kami menggali
Lalu kami suapi mereka itu dengan peluh berharga murah
Tak jadi pengisi lambung atau uang jajan si bocah
Hendak membayar ilmu cukuplah jadi bayang


Sekali ini saja kami sertakan
Rintih rakyat yang mereka jajah perlahan
Harta kota kami telah mereka telan
Lalu kami tetaplah tak berpenghasilan
Sajak mereka buang
Janji merdeka tak layak pandang
Berucap seolah menelan ludah
Buaian dahulu kami puja
Sirna beriringan dengan pakaian mereka punya

Sudah sepantasnya mereka kami gadaikan
Ikat badan pada pasir menjulang
Lalu kami timbun bersama ribuan butir kuarsa
Mereka bilang tanah ini milik rakyat jelata
Tapi mereka sembunyikan harta serupa pujangga
Hanya jerit tercekat
Tak kan lagi kami gelar peluh dahaga
Alaska memerah saga

SEPUCUK SURAT PADA BEJANA MERINDU

Surat ini tertulis
Saat kaki hujan menjauhi langit
Merapat di bumi
Berteman desah angin senja
Memeluk pelanggi jingga
Pada bilik jiwa yang renta
Ah ketahuilah
Aku rindu padamu!
Surat ini terungkap
Ketika rintik jadi imaji
Ditengah ranting merah pipi
Percik pekat pada nurani
Lumpuh merajahi hati
Aih, bungkam
Membisu
Kecuali, Aku rindu padamu!
Petik gitarmu, pada jemari cinta
Tak lagi kudapat menjelang lelapku
Entah, tak kutemui di penghujung hariku
Ah, desah suaramu
Tak lagi menggedor-gedor gendang telinga
Pada sumbang malam sunyi
Pasca salah yang kucipta
Lepas oktav delapan yang kau dengungkan
Meremas hati
Rembeskan bulir suci bola mata
Sengat pipi merah
Pada kisah, jarum rajut pecah
Sekuat apel putih di langit senja
Tiba-tiba saja hadir
Melepas belati hujan yang menguasai bumi
Bukan jingganya
Separuh purnama pada malam berbintang
Melemah, Aku rindu padamu!


Kerlap Penantian Malam

1//
Kau tahu ketika senja berlutut
Pada sendi-sendi aortamu
Menyayat sajak di deret batuan
Dalam limbung hampa
Menyebutmu dalam doa jadi pilihan
Pada setangkup tangan
Menengadah

Aku masih disini
Di ujung jalan yang kau janjikan

2//
Malam beranjak
Kemerlapnya sajikan kelimbungan
Menghentak kesadaran
Melambung sajak yang kau ucap
Dibawah sabit rembulan
Remang cahaya perempatan
Kau dekap kerinduan
Pita jingga yang kau tanggalkan
Derap langkahmu
Menggema
Serupa ritual di kaki Bromo
Tak sertakan absen
Aku masih setia
Dipangkuan redup separuh purnama 

3//
Hujan tak berpeluh
Rintiknya terpa daun jambu
Setangkai tertawakan sepiku
Senandung rindu mengaung
Pada bilik-bilik kenangan
Semerbak wangimu
Menjajah radius sepuluh meter
Memasung langkahku
Remang kunang-kunang
Bayangmu mendekat
Melumpuhkanku
Percik hujan melepas ikatan
Sebuah imaji baru kurasakan
Aku masih menunggu
Dibawah pohon jambu

Kau Jajakan Malam Dalam Sengau Suaramu

Satu nada terungkap
Lentik jemarimu
Beradu dengan kotak-kotak lengan gitar
Serupa membaca not balok
Tiba-tiba tercekat
Dengan nada sumbang
Disebrang sana
Kau sedang jajakan malam
Menghitung bintang
Merindukan rembulan

Lewat sengau suaramu
Kau hidangkan rupa-rupa kerinduan
Menyusup dibalik tirai
Jendela terbuka
Setangkai mawar jatuh perlahan

Jiwamu Lengang, Menyapa Tuhan

Sirinenya menggaung
Memenuhi antero udara
Aku tersandera oleh jutaan rasa tak percaya
Beribu tetes gugur di atas putihnya
Sesosok terbaring
Ditengah derai air mata
Terpaku
Menatapmu, dari balik pintu merah jambu
Seminggu, membisu
Seminggu, tuli dari gelak tawamu
Seminggu, menanti tegap langkahmu
Awan membeku
Langit membiru
Kau tak lagi di sisiku
Jiwamu lenyap
Dibungkus rupa-rupa bunga
Balutan putihnya
Membuatmu lepas
Kau telah bebas
Dari jerat nafsu dunia
Setangkup doa kusertakan
Hendak jadi bingkisan
Ucapan selamat jalan
Nisan tegak
Bergetar, kutabur bunga
Pertanda, kau benar-benar tiada


02 September, 2013