REVIEW BUKU Dilan (Dia adalah Dilanku Tahun 1990), Dilan (Dia adalah Dilanku Tahun
1991), Milea (Suara dari Dilan).
Sudah pernah baca buku karya Pidi Baiq ini? Setelah buku ini beredar di pasaran banyak sekali yang mengutip quotes-quotes atau petikan puisi Dilan untuk Milea, tokoh utama dalam novel ini. Dilan menjadi semakin terkenal ketika ternyata puisi-puisinya banyak membuat “baper” (bawa perasaan). Tahun ini gubahan Pidi Baiq yang kerap disapa “Ayah” oleh penggemarnya diangkat menjadi sebuah film, yang kabarnya akan ada 3 film ( satu buku satu film ). Film ini meskipun belum rilis sudah menjadi perbincangan di berbagai lini media massa, selain itu film yang disutradarai oleh Fajar Bustami ini menimbulkan pro kontra di kalangan penggemar Dilan dan Milea. Banyak yang tidak setuju tokoh Dilan diperankan oleh Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, personil boyband CJR dengan berbagai alasan. Namun banyak juga yang mendukung langkah Pidi Baiq dalam pemilihan pemeran film untuk tokoh dalam novel yang kini menjadi best seller. Pada tulisan kali ini, saya akan paparkan opini saya tentang buku Dilan (Dia adalah Dilanku Tahun 1990), Dilan (Dia adalah Dilanku Tahun 1991), Milea (Suara dari Dilan). Bagaimana pandangan saya tentang novel ini semoga tidak dianggap spoiler karena sedikit mengisahkan alur ceritanya. Selamat membaca!
TENTANG
DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990
Novel Dilan ( Dia
adalah Dilanku Tahun 1990 ) adalah karya pertama dari Ayah Pidi yang saya baca,
sebelumnya saya sama sekali belum pernah membaca tulisannya baik di media
sosial ataupun di buku yang lain. Ekspetasi saya tentang novel ini adalah tidak
jauh dengan novel-novel karya Andrea Hirata atau Tere Liye, dengan gaya bahasa
yang khas dan diksi yang kaya. Namun ternyata setelah membacanya novel ini
benar-benar jauh dari ekspetasi saya. Pidi Baiq menuliskannya dengan bahasa
yang sangat ringan dan mudah dipahami. Pembaca dibawa seolah-olah sedang
membaca buku diary, dengan prolog yang dituliskan oleh tokoh utama itu sendiri,
Milea. Kisah yang diangkat juga tidak jauh berbeda dengan kisah masa remaja
kebanyakan, namun Pidi Baiq berhasil membuat saya sebagai pembacanya tidak bisa
berhenti untuk terus membaca kelanjutan kisahnya. Novel ini berisi kisah cinta
Milea dengan Dilan di masa SMA, Milea menceritakan semuanya dengan sangat rinci
termasuk latar tempat, waktu, dan suasana dengan detail. Hal itu berhasil membawa
saya seolah-olah berada di sana. Menyaksikan kisah itu berlangsung bahkan
menjadi bagian dari mereka. Agak berlebihan mungkin bagi beberapa orang, namun
saya selalu demikian setiap membaca sebuah karya, memposisikan diri saya
menjadi bagian dari cerita itu. Hal yang saya senangi dari membaca novel
dibandingkan dengan menonton film adalah ketika membaca imajinasi kita tidak
dibatasi oleh apapun. Membaca memang melelahkan, karena bukan hanya mata yang
bekerja tapi juga otak membayangkan situasi yang dikisahkan oleh penulis.
Di novel yang pertama
ini, Milea menceritakan pertemuannya dengan Dilan juga menceritakan orang-orang
yang ada di sekelilingnya mendukung kisah cinta mereka menjadi semakin unik dan
seperti tidak ada duanya. Novel ini masih berisi kisah-kisah yang menyenangkan.
Cara Dilan mendekati Milea yang unik. Kejutan-kejutan yang Dilan berikan
sehingga membuat Milea senang. Hal-hal yang dilakukan Dilan membuat Milea
semakin jatuh cintanya. Milea menemukan dunia baru dari Dilan. Keputusannya untuk
mengakhiri hubungannya dengan Beni kemudian dekat dengan Dilan merupakan
keputusan yang benar untuk Milea saat itu. Keluarga Dilan sangat menerima
Milea, pun sebaliknya keluarga Milea menerima kehadiran Dilan sebagai kekasih
Milea.
TENTANG
DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991
Tidak berhenti di novel
pertama, Milea melanjutkan kisahnya dengan Dilan di novel kedua. Di sini
kisah-kisah sedih mulai bermunculan. Pertengkaran-pertengkaran Milea dengan
Dilan, hingga akhirnya mereka harus berpisah. Milea mengakhiri hubungannya
dengan Dilan ketika mengetahui Dilan kembali berulah dengan geng motornya. Menurut
Milea itu merupakan peringatan keras yang pantas diberikan kepada Dilan supaya
tidak melakukan kegiatan yang membahayakan keselamatannya. Rasa cinta Milea
yang besar kepada Dilan membuat Milea melakukan segala cara untuk menghentikan
Dilan dari kegiatan geng motornya. Ia mulai menciptakan peraturan-peraturan
yang membatasi ruang gerak Dilan. Semua didasari kecemasan Milea terhadap
keselamatan Dilan.
Sayangnya setelah diputuskan oleh Milea, Dilan tidak melakukan tindakan apapun. Ia sangat menghargai keputusan Milea, walaupun masih mencintai wanita cantik itu. Setelah putus, Milea dan Dilan hidup dalam kesalahpahaman. Mereka hidup dalam prasangka yang dibuat-buat sendiri. Saling menjauh karena saling menganggap sudah tidak menginginkan, namun ternyata semua prasangka itu adalah salah. Pada tahun itu komunikasi mereka hanya sebatas telepon, tidak seperti saat ini yang kehidupan orang lain bisa diketahui hanya dari media sosialnya. Setelah putus mereka menghentikan komunikasi mereka, Dilan tidak pernah lagi menelepon Milea, pun sebaliknya. Pernah sekali Dilan menelepon Milea, namun yang mengangkat adalah pembantu Milea. Dari percakapan itu Dilan mendapatkan informasi kurang lengkap yang memunculkan praduga salah. Sejak saat itu Dilan menghapus segala harapannya untuk dekat dengan Milea, walaupun sebenarnya masih ingin bersama.
Di novel ini Milea yang
kerap disapa Lia menceritakan kehidupannya setelah putus dengan Dilan. Bertemu dengan
kekasih barunya, datang ke pemakaman Ayah Dilan, hingga akhirnya Lia menikah dengan
suaminya saat ini dan itu bukan Dilan. Saya sempat kecewa membaca akhir kisah
ini. Ternyata kisah cinta Milea dan Dilan harus berakhir menyedihkan. Keduanya harus
saling merelakan walaupun masih ingin saling memiliki.
TENTANG MILEA, SUARA DARI DILAN.
Seperti yang tertera
dalam judul “ Suara dari Dilan “, novel ketiga ini berisi cerita yang berasal
dari Dilan. Isi ceritanya masih sama tentang hubungan Milea dan Dilan namun
dari sudut pandang Dilan. Dari buku ini saya jadi tahu bahwa prasangka Milea
yang diceritakan di dua buku sebelumnya adalah prasangka yang salah. Saya jadi
mengetahui kebenaran-kebenaran baru yang diceritakan oleh Dilan. Saya jadi tahu
bahwa Dilan telah berbuat banyak untuk Milea, ia telah mengurangi waktunya
berkumpul dengan teman geng motornya untuk menemani Milea. Dilan dengan senang
hati menerima aturan-aturan yang dibuat oleh Milea, bahkan ia sampai
dikeluarkan dari sekolah karena membela Milea (sebenarnya ini karena Dilan baku
hantam dengan Anhar, kawannya karena telah menampar Milea). Dilan juga
menceritakan kehidupannya setelah putus dari Milea. Ia terus berusaha merelakan
Milea untuk orang lain. Pada akhirnya Dilan menemukan pengganti Milea, walaupun
sebenarnya ia masih ingin bersama Milea.
Saya sangat
menyayangkan keputusan Milea yang gegabah, menurut saya. Ia dengan sangat cepat
memutuskan Dilan hanya karena kecemasannya yang berlebihan. Menurut Milea itu
adalah peringatan keras bagi Dilan agar meninggalkan geng motornya, namun tidak
bagi Dilan. Dilan sangat menghargai keputusan Milea untuk berpisah. Bahkan ketika
Bunda Dilan mempertemukan mereka berdua, Dilan sama sekali tidak berusaha untuk
meminta Milea kembali. Saya juga kecewa dengan keputusan mereka yang terus
hidup dalam praduga yang dibuat-buat sendiri tanpa mengetahui kebenarannya. Meskipun
berakhir menyedihkan, kisah Dilan dan Milea mampu menginspirasi banyak orang.
Saat membaca tiga novel
itu terkesan bahwa karya tersebut ditulis langsung oleh Milea dan Dilan dari
sudut pandang mereka masing-masing. Padahal jelas bahwa novel tersebut gubahan
Pidi Baiq, artinya ditulis oleh Ayah Pidi Baiq dengan cerita yang bersumber
dari Milea dan Dilan. Jadi, sampai novel ini selesai saya baca masih banyak
pertanyaan saya yang belum terjawab. Tapi
terlepas dari itu semua kisah Dilan dan Milea mampu menginspirasi. Bahwa sesungguhnya
cinta tak harus memaksa, Dilan juga bisa menyampaikan rasa sayangnya kepada
Milea dengan berbagai cara unik. Dilan sangat menghargai Milea sebagai
kekasihnya. Rasanya sedang banyak cewek yan pro Dilan, ingin punya sosok
laki-laki seperti Dilan. Tapi saya tidak. Sebab saya sedikit kecewa dengan
Dilan. Ia tidak melakukan apapun ketika Milea memutuskan hubungan mereka. Tidak
berusaha menahan Milea, ia membiarkan Milea pergi, mereka berdua tidak berusaha
menjelaskan apapun meski sebenarnya ingin. Dari Dilan dan Milea saya mendapat
banyak pelajaran tentang saling menghargai dan menerima orang-orang di sekitar
kita. Melihat sesuatu tidak dari satu sudut pandang saja, juga tentang
bagaimana mengambil keputusan yang tidak terburu-buru.
Begitulah pandangan saya mengenai novel Ayah Pidi Baiq yang kata-katanya sedang banyak dikutip anak muda masa kini. Dilan dianggap sebagai laki-laki romantis yang digemari banyak wanita. Semua ingin Dilan. Tapi saya tidak. Karena Dilan sudah tua. Tahun 1990 saja dia sudah SMA, jadi ya terka sendiri sekarang usianya berapa. Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar